Pendidikan
keterampilan atau yang disebut pula sebagai pendidikan vokasional, saat ini
diyakini mampu menjadi solusi dalam mengurangi angka pengangguran. Hal itu
disebabkan, konsep pendidikannya lebih mengandalkan skill atau keterampilan dan
bertujuan melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas, trampil, memiliki
disiplin tinggi, dan berjiwa kewirausahawan.
AGENDA MONITORING DAN EVALUASI (MONEV)
PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C VOKASIONAL
SATUAN PENDIDIKAN NON FORMAL
PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) RONAA METRO
METRO, 18 SEPTEMBER 2018
OLEH DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MASYARAKAT
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
DI DAMPINGI KABID PAUD DIKMAS DIKBUD KOTA METRO
SERTA REKAN REKAN DARI HIPKI METRO
Untuk
menghasilkan kulitas pendidikan seperti itu, tujuan pendidikan tidak hanya
sebatas mengejar hasil. Tapi harus dititikberatkan menjadi target yang berguna
dari hasil pendidikan itu sendiri. Salah satu caranya adalah melalui pendidikan
yang membekali peserta didik dengan kemampuan vokasional. Dengan begitu, bukan
hanya berbekal pengetahuan teori untuk bersaing dalam pasar kerja, namun
lulusannya akan memiliki kompetensi vokasi yang berguna untuk menopang
kecakapan hidup. Spesialisasi keahlian
Dunia
pendidikan Indonesia terus berbenah, mengikuti perubahan jaman yang juga
berlangsung sebegitu cepatnya. Di tengah terpaan berbagai masalah sosial, ekonomi,
maupun politik yang berujung pangkal pada kegagalan pendidikan, penyelenggaraan
proses pendidikan tetap memunculkan inovasinya.
Dengan
menuntut kehadiran sumber daya manusia dengan muatan pengetahuan dan
ketrampilan yang memadai agar mampu bertahan sekaligus mengantisipasi perubahan
yang terjadi di tengah ketatnya persaingan. Pendidikan vokasi yang diarahkan
pada penguasaan keahlian terapan tertentu pun akhirnya menjadi pilihan.
Kenyataannya,
saat ini banyak aspek memiliki keunggulan lebih, sumber daya manusia lebih
unggul kualitas dan profesionalitasnya, sarana dan prasarana yang lebih modern
dan canggih, manajemen pendidikan seringkali juga lebih maju, lebih terbuka,
dan terpercaya. Demikian pula ancaman adanya sertifikasi internasional yang
akan berdampak langsung pada lulusan yang kurang berkualitas. Dalam situasi
demikian, pendidikan yang memiliki spesifikasi dan spesialisasi dimungkinkan
dapat lebih mampu menjembatani dunia pendidikan tinggi dengan dunia kerja dan
kebutuhan pasar. Lulusan siap pakai
Perbedaan
utama antara pendidikan akademik dan vokasional terletak dalam keahlian yang
dicapai lulusannya. Lulusan pendidikan akademik lebih berorientasi pada
penguasaan ilmu pengetahuan secara teori, sedangkan lulusan pendidikan
vokasional lebih pada penguasaan praktek dari ilmu pengetahuan yang
bersangkutan.
Dapat
dikatakan, bahwa lulusan pendidikan akademik terkadang masih memerlukan
pendidikan khusus untuk menjalankan pekerjaan tertentu sebelum ia dapat
bekerja, yaitu pendidikan profesional dan ujian yang dilakukan oleh asosiasi
profesi yang bersangkutan. Sedangkan pemegang ijazah Vokasi yang memang
pendidikannya sudah terarah pada bidang profesi tertentu, dengan sertifikasinya
dapat langsung menjalankan pekerjaan itu.
Sayangnya,
di sebagian negara bahkan termasuk Indonesia pendidikan vokasional termasuk
lulusannya sering dianggap golongan kelas dua. Tanpa bermaksud mengecilkan
jenjang manapun, kenyataannya pendapat bahwa gelar akademik sarjana dipandang
lebih berharga dibandingkan sebutan ahli sudah mengakar dalam masyarakat kita.
Di
sejumlah negara maju di belahan dunia mana pun, program vokasi merupakan
andalan. Artinya, menjadi tumpuan bagi negara itu dalam membangun sistem kerja
yang dapat sukses memasuki persaingan global. Dengan program berbasis
ketrampilan kerja dan vokasi, banyak negara berhasil membangun ekonomi mereka
dan lapangan kerja banyak diisi tenaga-tenaga vokasi berilmu pengetahuan.
Tidak
sekadar mengejar ijazah, para lulusan Pendidikan Kesetaraan Paket C juga
memiliki proyeksi untuk menjadikan dirinya bagian dari sumber daya manusia yang
dibekali ketrampilan terspesialisasi. Demi mendukung itu, perguruan tinggi pun
dituntut untuk mampu mendasarkan penyusunan kurikulum dan program akademiknya
pada perhitungan dan pertimbangan kompetensi kerja lulusan yang benar-benar
dibutuhkan oleh pasar kerja dan masyarakat pengguna lulusan secara luas. Tanpa
mempertimbangkan semuanya tersebut, pendidikan tinggi jalur vokasional harus
dipertanyakan kembali esensi dan substansinya
0 komentar:
Posting Komentar