Dalam menghadapi era revolusi 4.0 dan university 5.0 pemerintah
mencetuskan GEN-RI 4.0 yang salah satunya adalah dengan menarapkan Sistem
Pembelajaran Daring (SPADA). Kendala tentu saja akan dihadapi ketika menerapkan
sistem pembelajaran daring tersebut.
TATAP MUKA VS DARING
Pembelajaran tatap muka sudah dilaksanakan sejak taman kanak-kanak. Guru atau dosen datang, melaksanakan rutinitas seperti biasa, memperkenalkan diri, mengecek absensi, mengeluarkan lelucon tertentu yang membuat siswa tertarik, dan sebagainya. Peserta didik pun melakukan hal yang sama, berusaha memahami tujuan pembelajaran, mempersiapkan materi, berusaha datang tepat waktu, dan dapat mengikuti pelajaran yang diajarkan. Bagaimana dengan perkuliahan daring?
Perkuliahan daring menimbulkan masalah bukan hanya siswa tetapi pengajar (tutor) pun mengalami hal yang sama. Fokus utama tentu saja kepada peserta didik yang menjadi sasaran pembelajaran. Ibarat mengajari berenang, siswa dipaksa terjun ke kolam tanpa terlebih dahulu diberi teknik/teori dasarnya. Hal ini terkadang membuat siswa frustasi. Banyak siswa mengalami ketidakjelasan terhadap materi yang diajarkan. Materi datang dan pergi begitu saja tanpa ada bekas di benak peserta didik.
TIGA STRATEGI PEMBELAJARAN DARING
Strategi di sini hanya berupa hal-hal yang perlu disadari oleh pengajar online (tutor) ketika memulai pembelajaran daringnya. Hal-hal tersebut adalah aspek-aspek yang membedakan pembelajaran daring dengan tatap muka, baik dari sisi kelemahan maupun kelebihannya.
Pembelajaran daring bukan hanya berkutat dengan internet, melainkan aspek penting yaitu “lebih aman (safer)”. Kita mengenal Learning Management Systems (LMS) sebagai komponen penting e-learning. Akhir-akhir ini aksi “bulying” kerap terjadi ketika proses pembelajaran. Dengan LMS, peserta didik dengan nyaman berinteraksi dengan tutor-nya tanpa khawatir dicemooh oleh peserta lainnya. Di sinilah letak “safe” tersebut. Intinya, peserta didik bebas mengekspresikan ide-idenya.
Pembelajaran daring memperluas komunitas pembelajaran. Memperluas di sini karena antara satu siswa dengan siswa lainnya memiliki akses komunikasi yang lebih baik dibanding diskusi tatap muka yang terbatas oleh ruang dan waktu. Bahkan diskusi tatap muka yang sudah baik pun masih memiliki kendala dimana ada kecenderungan siswa kurang peduli terhadap apa yang dikatakan oleh rekannya. Mungkin karena akibat dia sendiri sedang berjuang memahami konsep-konsep di benaknya. Selain itu, kebanyakan perkuliahan tatap muka hanya menjadi ajang kontes kecanggihan profesor pengajar saja, padahal harusnya berfokus ke perkembangan intelektual peserta didik.
Menemukan ritme. Hal terakhir ini salah satu kendala utama pembelajaran daring. Ketika kita terbiasa dengan jadwal yang pasti, urutan proses perkuliahan yang runtun, pada perkuliahan online peserta didik harus mengatur sendiri jadwal yang optimal kapan dia belajar dan harus keluar dari zona nyamannya yang biasa mereka lakukan dari taman kanak-kanak hingga pendidikan terkahir di enyam (tatap muka yang teratur). Jika tidak diantisipasi, dapat dipastikan siswa akan lalai dalam mengatur waktunya. Tetapi jika siswa mampu mengetahui kapan waktu-waktu optimalnya akibat kebebasan dalam belajar daring, banyak keutamaan-keutamaan yang diperoleh dari perkuliahan online.
Itulah tiga hal yang harus disadari oleh tutor online. Ada baiknya tutor memastikan peserta didik cepat mencapai zona nyamannya dalam pembelajaran daring. Tentu saja tiap siswa berbeda, namun demikian pada umumnya perbedaan-perbedaan yang ada memiliki keunggulan tersendiri. klik