COMMUNITY LEARNING CENTRE ACTIVITIES

Translate


Postingan Populer

Belajar | MPLIK Ronaa

0 komentar


Hal yang paling mudah untuk berinternet sehat adalah dengan tidak berinternet. Itulah statement pembuka yang dilontarkan oleh Onno W. Purbo, pemateri kedua dalam Seminar Nasional Internet Sehat Bagi Guru dan PNS Pemkot Bekasi. Menurut Onno adanya permasalahan karena ada internet, kalau tidak menggunakan internet maka tidak akan ada pornografi, sadisme, rasisme, dan lain sebagainya. Di awal materinya sudah disuguhkan beberapa fakta dan fenomena yang menarik oleh Onno. Kemudian para peserta dibuat tercengang dengan kemampuannya mengolah teknologi untuk diaplikasikan sebagai salah satu cara menggunakan internet dengan sehat.

Pantas saja kalau di materi ini Onno yang merupakan mantan dosen ITB mengatakan “pokoknya gila ini, stress deh kalo yang beginian”, sambil menunjukkan beberapa program yang dia tampilkan. Banyak sekali ide-ide gila yang dia lontarkan dan kesemuanya itu berbasis open source (OS). Jadi bisa dibayangkan bagaimana bingungnya para peserta yang mayoritas menggunakan windows. Idealisme Onno memang cukup mengagumkan. Bayangkan saja, masih menurut Onno, tiap tahunnya bangsa ini memberikan 500 juta untuk Microsoft, berarti secara tidak langsung anda-anda para pengguna “program copyright” (istilah Onno) menjadi sales/marketing yang bikin kaya mereka sedangkan kita tidak dapat apa-apa.





Dengan demikian penggunaan OS menjadi alternatif pilihan yang tepat dalam mengembangkan internet sehat dan aman. Karena tidak ada virus, dan “halal”. Salah satu trik yang diberikan Onno yang cukup membuat peserta kagum adalah dengan membuat server sendiri. Dalam hal ini Onno mendemonstrasikan dengan presentasi dua laptop, satu laptop yang aktif dan satu lagi laptop untuk server. Satu laptop untuk server di dalamnya bisa dibuat beberapa virtual, istilahnya bikin komputer di dalam komputer. Sistem inilah yang kemudian berkembang dan dikenal dengan istilah virtualisasi teknologi, cloud computing, dan sebagainya. Lumayan membuat para peserta bingung dan “stress” setelah diajarkan juga cara menulis di Wikipedia karena bagaimana mungkin membuat komputer di dalam komputer, membuat server banyak, dan berinternet tanpa internet.





Semua itu Onno visualisasikan dengan canggih menggunakan program-program penunjang pembelajaran dari tingkat TK sampai dengan S3, dan kesemuanya itu free alias gratis dan tidak “haram” karena menggunakan OS. Kegilaan Onno tidak sampai disitu. Dengan berinternet tanpa menggunakan internet maka internet sehat dapat dilakukan, karena conten-conten internetnya kita yang pilih. Dengan cara mengcopy situs-situs yang bagus ke dalam hardisk kemudian jadi satu server, sehingga yang diakses bukan dari internet melainkan dari server yang sudah diisi situs-situs dari internet. Bingung sekaligus penasaran, para peserta pun tercengang dengan kecanggihan teknologi dan kemantapan Onno merancang sebuah server.

Di akhir paparannya Onno sekali lagi mengajak untuk menggunakan OS (yang diistilahkan copyleft). Di dunia ini Cuma ada dua aliran, yaitu aliran kanan dan aliran kiri. Aliran kanan urusannya yang copyright (bayar), kalau aliran kiri (copyleft) urusannya free. Percayalah, dengan menggunakan yang “copyleft” kita bisa berkreasi semakin luas. Semoga ke depan nantinya akan banyak yang beralih ke OS, sehingga kita tidak perlu lagi memperkaya sistem kapitalisme. Saya lebih senang membagikan ilmu ini, ucap Onno menutup materinya. klik

Ndeso | Main Kelereng

0 komentar



Permainan kelereng tidak bisa lepas dari ingatan kita baik perempuan maupun laki-laki, benarkan sahabat bees? permainan ini hampir di seluruh wilayah sampai ke pelosok negeri ini mengenal kelereng dengan nama yang berbeda beda misalnya Orang Betawi menyebut kelereng dengan nama gundu. Orang Jawa, neker. Di Sunda, kaleci. Palembang, ekar, di Banjar, kleker dan masih banyak lagi. Nah, ternyata, kelereng juga punya sejarah lho. 

Sejak abad ke-12, di Perancis, kelereng disebut dengan bille, artinya bola kecil. Lain halnya di Belanda, para Sinyo-Sinyo itu menyebutnya dengan knikkers. Lantas, adakah pengaruh Belanda, khususnya di Jawa, knikkers diserap menjadi nekker? Mengingat, Belanda pernah ‘numpang hidup’ di Indonesia. 

Tahun, 1694. Di Inggris ada istilah marbles untuk menyebut kelereng. Marbles sendiri digunakan untuk menyebut kelereng terbuat dari marmer yang didatangkan dari Jerman. Namun, jauh sebelumnya, anak-anak di Inggris telah akrab menyebutnya dengan bowls atau knikkers. 

Kelereng populer di Inggris dan negara Eropa lain sejak abad ke-16 hingga 19. Setelah itu baru menyebar ke Amerika. Bahan pembuatnya adalah tanah liat dan diproduksi besar-besaran. 




Bermain dunianya anak-anak. Tiada yang lebih menggembirakan selain bermain. Bentuk dan macam permainan adalah kesepakatan sesama teman bermain. Salah satu bentuk pembelajaran untuk menghargai pendapat orang banyak dan bertoleransi. Kuncinya  kesepakatan bersama  baru ada permainan.   Kalau tidak ,terpaksa harus bermain sendiri tanpa ada yang menemani atau menonton. Sunyi dan sepi sendiri. Tidak ada serunya, karena tidak ada tantangan dan apa  yang harus diperjuangkan .Tidak ada dinamika, akhirnya akan bosan sendiri.







Jauh pada peradaban Mesir kuno, tahun 3000 SM, kelereng terbuat dari batu atau tanah liat. Kelereng tertua koleksi The British Museum di London berasal dari tahun 2000-1700 SM. Kelereng tersebut ditemukan di Kreta pada situs Minoan of Petsofa.

Pada masa Romawi, permainan Kelereng juga sudah dimainkan secara luas. Bahkan, menjadi salah satu bagian dari festival Saturnalia, yang diadakan saat menjelang perayaaan Natal. Saat itu semua orang saling memberikan sekantung biji-bijian yang berfungsi sebagai kelereng tanda persahabatan.

Salah seorang penggemar kelereng adalah Octavian, kelak menjadi Kaisar Agustus. Layaknya permainan, di Romawi saat itu juga mempunyai aturan-aturan resmi. Peraturan tersebut menjadi dasar permainan sekarang.

Teknologi pembuatan kelereng kaca ditemukan pada 1864 di Jerman. Kelerang yang semula satu warna, menjadi berwarna-warni mirip permen. Teknologi ini segera menyebar ke seluruh Eropa dan Amerika. Namun, akibat Perang Dunia II, pengiriman mesin pembuat kelereng itu sempat terhenti dan akhirnya masing-masing negara mengembangkannya sendiri.

Oya sekarang di Indonesia permainan kelereng sudah di modernisasi loh sahabat bees. Seorang bernama Adityo Pemenang Best 5 Djarum Black Innovation 2011 membuat sebuah benda yang diberi nama Gundu Stadium. 

Gundu Stadium dirancang untuk melestarikan permainan tradisional dan menjadikan permainan ini portable sehingga dapat dimainkan dimana saja dan tetap mendapatkan sensasi yang sama bahkan lebih seperti yang digunakan secara tradisional. Material permainan ini menggunakan papan bamboo laminasi.

I LOVE INDONESIA klik

Labels

PKBM (282) artikel (196) Apakah (187) MPLIK Ronaa (170) oasis (117) Kursus (108) international (108) diksetaraonline (106) Beasiswa (96) Internet sehat (88) TBM (88) Produk (67) Profil (65) BISNIS (50) instastory (50) Loker (48) Cermin (47) tutorial (47) Download (34) beasiswapendidikan (6)